Bagaimana Rasanya Punya Banyak Adik?



Saya datang dari keluarga besar. Lima bersaudara. Ya, saya si sulung dan punya 4 orang adik di bawah saya. How does it feel to have lots of siblings? Dulu, sewaktu masih SD sampai SMP, saya selalu malu jika ditanya "berapa bersaudara?" Karena pasti dibombardir dengan pernyataan "wah hebat banget ibunya."
"Bintan paling besar? Waw.."
Dan sebangsanya yang bikin saya merasa kikuk. Maklum, even di tahun 90-an, punya anak lebih dari 3 saja sudah jadi hal yang 'jadul' pada waktu itu (*toss sesama big family).

Setelah masa SMP dan seterusnya pun, punya adik banyak masih jadi isu. Salah satu sahabat saya sesama geng adik banyak ditentang hubungan cintanya oleh orang tua si pacar lantaran mereka khawatir bahwa sahabat saya itu akan banyak beban, yang berujung pada ngerepotin anaknya. Astagfirullaaaah.. Sejak saat itu, saya bertekad untuk bisa sukses bareng-bareng sama adik-adik saya. Saya berjanji sama diri saya sendiri bahwa nanti jika sudah berkeluarga, saya tidak akan menggunakan uang suami saya untuk 'ngasih-ngasih' ke saudara-saudara saya. That's why sesuai dengan post saya yang ini, cita-cita saya adalah jadi emak-emak kece penghasilan gede. Hehehe.. Aamiin..

Adik pertama saya perempuan dan tiga adik terakhir saya laki-laki. Mungkin hal ini juga yang membuat saya jadi bisa cepat dekat sama teman laki-laki dulu, dan maybe membuat mereka terjebak dalam friendzone (PDOD! Perxaya Diri over Dosis Lol!). But anyway! Kebayang kan bagaimana serunya rumah masa kecil saya. Setiap hari pasti diwarnai oleh tangis dan tawa. Saya ingat sekali bahwa dulu saya adalah kakak yang jahil. Adik perempuan saya pernah terjembap ke sawah yang berlumpur karena ulah saya. Adik laki-laki saya yang pertama pernah menangis tersedu-sedu karena saya takut-takuti wayang. Adik ke-tiga saya ngamuk besar karena saya 'tipu', saya bilang  ingin buatkan dia kostum robot, eh malah saya dandani ala Mayang Sari di iklan jamu kunyit asem Sido Muncul. Adik terakhir saya, jadi bulan-bulanan satu keluarga karena kepolosannya mau main bola pakai legging macan akibat saya 'kibulin'. Hahaha..

Di sela-sela keseharian kami pun, pasti ada saja pertengkaran. Seperti yang pernah saya sebutkan di post ini, saya orangnya gak suka diikutin, tapi adik perempuan saya gemar sekali ngikutin saya dalam hal apapun. Eugh.. Gemes deh! Yang laki-laki, jangan tanya. Jahilnya minta ampun! Belum lagi rebutan antar pria (masalah motor, helm, jaket) bikin sakit kepala tiap pagi. Ada yang males kebangetan sampe susah banget kalau dimintai tolong. Ada yang ribet banget urusan rambut karena entah kenapa rambut adik saya paling bungsu, yang tadinya super lurus tiba-tiba berubah menjadi kribo saat dia menginjak puber. Heboh deh!

Tapi walaupun demikian.. Saya sayang sekali sama mereka, dan saya yang dibesarkan di keluarga konvensional ini selalu dicekoki dengan kalimat "kamu anak paling besar. Harus bisa jadi pemimpin, harus bisa jadi contoh buat adik-adik kamu" (even later on, on my adult life, I learned from Sabtu Bersama Bapak book that it's actually parents' job to be a good role model for their children). Doktrin ini yang membuat saya selalu ingin untuk maju bersama-sama dengan adik saya. Membuat kakak yang bisa menginspirasi mereka untuk menjadi sukses juga.

Jangan tanya seberapa cerewet saya sama mereka. Cerewet banget! Tapi cerewet saya selalu didukung oleh contoh dan bimbingan nyata. Walaupun saya tidak tinggal dengan mereka sejak kuliah, tapi saya selalu menyempatkan waktu untuk ngobrol quality time dengan mereka. Hasilnya, adik-adik saya masih lebih nurut sama saya daripada sama ibu saya yang jelas-jelas lebih cerewet dan bawel. Hehehe..

Sukses bersama. Itu yang selalu ingin saya raih bersama adik-adik saya. Saat ini, adik perempuan saya alhamdulillah menjadi partner bisnis saya mengelola sister brand nya NyoNya Nursing Wear; MamiBelle Nursing Wear. Selain menjadi partner yang bisa diandalkan, dia juga tante ASI yang hebat, karena bagaikan suami ke-dua bagi saya selama saya dan suami menjalani long distance marriage. Adik saya yang kedua, baru saja lulus dari Universitas Padjajaran dan beberapa minggu ini terus mendampingi saya di Jakarta selama proses pengobatan suami. Yang ketiga dan keempat masih berstatus pelajar, jadi saya suruh untuk fokus belajar.

Alhamdulillah. . Semakin kami nerlima beranjak dewasa, semakin terasa bahwa family comes first dan pada akhirnya, siblings adalah 'benteng pertama' diri kita sebelum bertemu dengan orang lain. Karena hanya mereka lah yang mampu untuk melihat sisi terburuk kita, tapi masih tetap sayang sama kita. Dan mampu melihat sisi terbaik kita, tapi tetap saja mencela. Haha..

Ah! Sudahlah.. Cukup ceritanya. Intinya post kali ini terinspirasi dari rasa kangen saya kepada adik-adik saya, karena setelah menikah, terasa sekali betapa berharganya masa-masa yang dilewati bersama. *wipe tears.

Lit, Kang, Do, Li.. Semoga kalian selalu istiqomah dalam menjalani hidup ya. Jadi pemimpin untuk diri sendiri, kebanggaan Cc, mama, dan papa.. Aamiin.. :)

PS: tidak perlu minta izin, jika artikel ini dirasa bermanfaat, silakan share. :)

Comments

  1. toss dulu keluarga besar! hehe... aku anak kedua dari enam bersaudara, kaka perempuan satu, adik 4, dua perempuan, dua laki-laki. seru memang. saat ini kami berkomunikasi lewat grup whatsapps. meski beberapa agak kurang aktif sih karena sibuk sendiri dengan keluarga masing-masing. kebetulan semua sudah menikah, aku dink yang justru nikah paling akhir :-p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahaha.. sama mbak.. kita juga punya grup line. Khusus kita berlima aja.. seruuu

      Delete

Post a Comment

Popular Posts