Mengenal Pendidikan Waldorf Part 3: Ritme sebagai Inti dari Pendidikan Waldorf


Bismillah..

Kita lanjut lagi pembahasan tentang mengenal Pendidikan Waldorf ya, teman-teman. Alhamdulillah sekarang sudah memasuki Part 3. Untuk yang belum menyimak dari awal, yuk diintip-intip dulu post yang Part 1: Tahapan Mendidik anak dan Part 2: Menjaga Reverence, Sense of Wonder, & Willing, dibaca-baca supaya bisa nyambung kayak kereta pai (apeu ðŸ¤£).

Part 3 ini akan membahas tentang ritme yang mana adalah aspek yang sangat penting dan fundamental dalam Pendidikan Waldorf. Jika kita tidak mengupayakan ritme yang baik di rumah, mau se-fancy apapun pendidikan yang diberikan kepada anak, maka tidak akan bisa mengakomodasi kebutuhan perkembangannya secara holistik (utuh). Jadi marilah kita bahas soal RITME ini dengan lebih mendalam ya.

Oia sebelumnya DISCLAIMER: selain dari buku Simplicity Parenting karya Kim John Payne, materi tentang Ritme di post ini saya perkaya dengan pengetahuan lain dari berbagai sumber yang sudah saya pelajari.



Apa itu Ritme?

Teman-teman kerasa gak? Kehidupan di kota ini sangat sibuk, sangat tidak terprediksi, sangat cepat? Semua orang baik dewasa maupun anak-anak sangat sangat sibuk, dan biasanya kehidupan anak dibuat untuk mengikuti jadwal orang tua. Pasti tidak semua seperti ini, tapi ada anak2 yang kadang tiba-tiba dititip di rumah kerabat, berapa hari di rumah A berapa hari di rumah B, tiba-tiba harus pulang larut malam karena ikut kegiatan orang tuanya, tiba-tiba harus makan sambil di mobil karena buru-buru, tiba-tiba ada kelas-kelas tambahan pop up play ground lah ini lah itu lah. Banyak sekali hal-hal yang tidak teratur dan surprising untuk anak di kehidupan mereka. 


Mari kita ingat-ingat bagaimana anak2 kita menjalani kesehariannya..?


Bisa dibilang hidup yang seperti itu adalah hidup yang tidak ada ritmenya, atau ritmenya kurang teratur. Hal ini akan menambah tumpukan stress-stress kecil untuk anak dan membuat anak menjadi resah gelisah, kadang ketakutan. Mereka mungkin belum bisa mengkomunikasikannya, tapi itulah yang mereka alami. Manifestasi dari stress ini mungkin dalam perilaku yang agresif, atau tantrum, atau protes (tidak kooperatif), dll. 


Ritme sebenarnya ada secara natural, karena sesungguhnya semua yang ada di alam ini bergerak dalam ritme;

  • Ada breathing in, ada breathing out
  • Ada siang, ada malam
  • Ada pasang, ada surut
  • Ada pump ada release dalam jantung kita
  • Ada pergantian musim, dll

Alam memiliki ritmenya sendiri yang sebenarnya jika kita selaraskan ‘gerak’ kita dengannya, hidup akan terasa lebih nyaman. 


Ritme dalam kehidupan sehari-hari bisa diartikan sebagai susunan kegiatan yang seimbang antara ‘breathing in’ dan ‘breathing out’ yang membuat hidup lebih seimbang. Breathing in adalah kegiatan yang bersifat ‘masuk’ ke dalam diri, membutuhkan fokus dan perhatian dari si anak, misal; duduk melukis, duduk di car seat, duduk dan fokus untuk makan, membuat sesuatu (merajut, main balok, dll), belajar akademik. Sedangkan breathing out adalah kegiatan yang sifatnya ‘melepas keluar’ diri, misalnya bermain bebas (free play) bersama teman-teman, berlarian, menari, dll (NOTE: main screen/nonton BUKAN termasuk breathing out, walaupun anak terlihat anteng). Dalam buku Simplicity Parenting ada juga istilah “pressure valve”, ini kegiatan yang bisa untuk melepas beban, refleksi diri, kontemplasi. Nah, ritme dibuat supaya semua ini seimbang..


Coba kita refleksikan pada diri dewasa kita. Bayangkan kalau hari-hari kita diisi dengan kegiatan breathing in terus; kerja terus gak ada istirahatnya. Jam istirahat pun masih diisi dengan zoom meeting, denger podcast, dll.. Apa yang kita rasakan? LELAH. Kalau kegiatan kita diisi dengan kegiatan breathe out terus. Hang out terus, jalan terus, apa yang terjadi? BOSAN, overwhelmed, capek. Nah kurang lebih sama laaah anak2 juga..


Kenapa penting sekali anak untuk mempunyai ritme dalam hidupnya?

Dalam buku Simplicity Parenting disebutkan bahwa ritme yang baik mempermudah hidup anak dan orang tua. Anak menjadi lebih calm, grounding, percaya terhadap diri, orang tua, dan dunianya karena mereka bisa memprediksi dan merasa aman terhadap kesehariannya. Dan ini akan terbawa sampai kelak dia dewasa nanti. Dari sisi orang tua ritme bisa menjadi cara untuk mendisiplinkan anak secara lembut (bukan cara militer). Dengan adanya ritme, orang tua bisa tidak harus capek nyuruh, hemat-hemat stok tanduk dan ini tentunya baik juga untuk mental health kita kan.




Menerapkan ritme di rumah itu gampang-gampang susah. Terlihat simpel karena pada dasarnya; menyusun kegiatan anak. Tapi percayalah, hampir 3 tahun kumenerapkan waldorf (+ islamic) parenting di rumah, men-ajeg-kan ritme ini selalu jadi usaha yang luar biasa (balik lagi karena kehidupan perkotaan yang sangat dinamis ini, ditambah kami merantau disini, jadilah..). Tapi jangan menyerah! Semakin sibuk kehidupan kita, justru semakin butuh ritme supaya both children and parents bisa tetap warassss..


Jadi bentukannya kaya gimana sih si Ritme ituuu?? Ritme bisa dibagi ke dalam:


Ritme tahunan & festival;

  • Musim 
  • Ulang tahun (ada kegiatan & story telling khas saat ulang tahun di pendidikan waldorf)
  • Hari raya
Nature Table dengan Tema Ramadhan sebagai penanda Ritme Tahunan


Ritme bulanan

  • Story of the month? (bisa dipakai misal untuk memilih cerita. Di sekolah waldorf, biasanya cerita yang sama diulang-ulang setiap hari selama sebulan)
Di rumah kami, cerita yang sama (pilihan saya) akan diulang setiap malam selama minimal 2 minggu. Penyampaian cerita dengan properti seperti ini adalah extras saja ya. Pada prakteknya, penyampaian cerita tanpa properti pun, misal sambil peluk-peluk menjelang tidur, boleh dilakukan.


Ritme mingguan

  • Ada kegiatan/menu khas untuk hari tertentu. Di rumah, kami menerapkan ritme mingguan pada menu makanan dan kegiatan inti. Misalnya; Senin adalah hari sarapan roti, makan daging, dan membuat kue. Selasa adalah hari sarapan sereal, makan ayam, dan pergi berenang, dst.


Ritme harian

  • Susunan kegiatan harian. Ritme biasanya bersifat fleksibel, tidak harus plek plek precisely jam nya sama, tapi urutan kegiatannya yang sama. Untuk durasi masing2 kegiatan menyesuaikan aja





Bagaimana cara memulai ritme? Dirangkum dari buku Simplicity Parenting, cara memulai ritme bisa dengan;
  • start small, start slow. Diubah secara bertahap supaya anak tidak kaget. Bisa dimulai dengan men-ajeg-kan dulu ritme jangkar, yaitu; meals dan bed time. Usahakan makan & tidur di waktu & suasana yang sama.
  • Kuncinya; komitmen dan konsistensi orang tua
  • Connect the process with a bit of melody. Berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain bisa dengan cara bernyanyi. Orang tua/guru menyanyikan lagu lembut untuk mengingatkan anak akan perpindahan dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Contoh; lagu pengantar tidur.
  • Berikan bayangan kegiatan pada anak. Sarapan adalah waktu yang ideal untuk memulai hari dan memberikan preview of the day pada anak-anak, tapi tidak perlu terlalu detail.
  • Pause is important. Ritme jangan padat2 amat. Relate sama bab 2 kemarin tentang soul fever, dimana a slow weekend cukup buat unwind. Kasih kesempatan anak untuk benar-benar gak ngapa2in (free time). Waktu kosong dan gak ada kegiatan mungkin sounds scary buat kita, tapi percayalah, INI PENTING. Being together and do nothing sama anak penting banget, karena banyak sekali anak2 yang setelah mulai dewasa malah jadi awkward situasinya ketika bersama orang tuanya. Mereka bingung harus ngobrol apa, ngapain bareng ortunya, dan ujung-ujungnya mereka cari kenyamanan di luar rumah.
Baik sepertinya itu dulu yang bisa saya bahas mengenai ritme. Jika ada pertanyaan, boleh kirim DM ke instagram @playwithzey karena biasanya saya lebih aware sama DM. Hehe..
Wallahu 'alam bish shawab. Semoga kita bisa memetik ilmu & kebaikan dari post ini ya. Aamiin..


Love,
B

Comments

Popular Posts