Mengatur Sampah ala Korea

Banyak yang beranggapan bahwa hidup di luar negeri serba enak dan seba mudah. Well, gak salah sih. Yang saya rasakan sendiri, setelah pernah tinggal di 2 kota (Sydney dan Seoul), bisa dibilang memang begitu. TAPI.. Kehidupan yang enak dan berkualitas itu juga tidak akan terwujud tanpa adanya partisipasi aktif dari warga kotanya sendiri. Contohnya dari segi sampah, kota akan terasa bersih dan nyaman jika warga disiplin menyimpan sampah pada tempatnya, dan sebagai salah satu Seoulista, saya pun dihadapkan pada situasi 'disiplin sampah' ini.

Di Korea, sampah dipisah bukan hanya dari segi organik dan anorganik atau kering dan basah, tapi.. BANYAK!! Pertama, di rumah saya harus memisahkan sampah ke dalam 3 kategori:

1. Sampah makanan
2. Sampah yang dapat didaur ulang (recycle)
3. Sampah lain-lain yang tidak masuk ke dalam 3 kategori tersebut (popok bekas, tissue bekas, cangkang kerang, dan lain-lain)

Sampah makanan dan sampah lain-lain harus dimasukkan ke dalam plastik khusus seperti di bawah ini. Di plastik tersebut tertera informasi mengenai wilayah sehingga akan mudah melacak sampah ini datang dari wilayah mana. Eits, tunggu dulu. Plastik ini gak gratis lho. Saya harus membelinya dulu di convenient store (mini market). Setiap bulannya saya harus merogoh kocek sekitar 10.000 won (sekitar Rp 120.000) untuk membeli plastik sampah ini.


Setelah memilah sampah menjadi 3 kategori tersebut, saya harus membawa sampah-sampah tersebut sendiri ke tempat sampah bersama yang ada di lantai basement apartment. Tempat sampah bersama ini terbagi menjadi beberapa ruangan.

Ruangan yang pertama merupakan tempat untuk menyimpan sampah besar seperti furniture. Di ruangan ini juga terdapat loker-loker untuk menyimpan sampah pakaian, lampu, dan batre. Seringkali barang yang dibuang masih bagus-bagus lho. Gatel rasanya pengen ambil (jiwa hagemaru. Wakakak). Untuk membuang sampah-sampah besar seperti furniture, kita lagi-lagi harus mengeluarkan uang. Bulan lalu saya baru saja membuang sofa karena sudah jebol dan lagi-lagi harus membayar 10.000 won.


Ruangan ke dua adalah ruangan khusus sampah makanan, sampah lain-lain, dan sampah kantong kresek. Sampah makanan dan kantong kresek dimasukkan ke dalam gentong yang telah disediakan, sedangkan plastik berisi sampah lain-lain ditumpuk rapi.


Ruangan ke tiga adalah ruangan sampah daur ulang. Nah, biasanya disininPR nya. Sampah daur ulang yang sudah kita pisahkan di rumah harus dipisahkan kembali ke dalam karung-karung dengan kategori berbeda:
- plastik pembungkus
- plastik botol
- kaca atau gelas
- sterofoam
- kertas
- kardus




Iya, itu suami saya yang sedang memilah sampah pakai jas. Hahaha.. Di sini biasa banget lihat yang cantik dan ganteng nenteng dan masuk ke tempat sampah. Semua orang punya tanggung jawab yang sama.

Saat tinggal di Indo, saya sudah terbiasa memilah sampah menjadi organik dan anorganik, dan setelah 'naik level' dalam hal pengelolaan sampah di Korea, saya pun merasakan beberapa manfaat:
1. Buang sampah jadi gak sering-sering. Tidak harus setiap hari membuang sampah karena terbagi jadi 3 bagian, sehingga tidak selalu penuh setiap hari. Memang ada resiko bau untuk sampah makanan, tapi bisa diantisipasi dengan menggunakan tempat sampah bertutup atau segera memasukkan sisa makanan ke dalam plastik, diikat rapat, dan dimasukkan ke dalam freezer sampai waktunya dibuang nanti.
2. Lebih bersih dan tidak jijik. Saya ingat sekali sewaktu saya kecil dan sampah di rumah kami masih di campur. Rasanya pemandangan ke tempat sampah tuh gak banget. Kertas, plastik, sisa makanan, dan lain-lain bercampur jadi satu. Eewwww...
3. Lebih aware tentang kegiatan konsumsi dan belanja pribadi, karena setelah diperhatikan sampah kering (anorganik) jauh lebih cepat terisi daripada sampah makanan. Gak heran kan kenapa di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Indonesia sampah bisa menggunung? Karena yang bisa cepat terurai jumlahnya kalah jauh dibanding yang tidak bisa atau sulit terurai. Hal ini membuat saya berpikir dua kali jika mau membeli makanan take away atau delivery.

Nah.. Itulah cerita saya tentang pengelolaan sampah rumah tangga di Seoul. Hmmm.. Kalau sistem seperti ini diterapkan di Indonesia, kira-kira pada mau gak ya untuk tertib menjalankannya? :)

Comments

  1. Toss,tan! Di jerman juga aku paling gak ada brp kantong plastik ya dirumah,buat sampah dapur,sampah diaper,sampah plastik,sampah kertas. Tapi banyakan dirimu disana..hahaha..sampe teliti bgt itu ada keterangan wilayah darimana sampahnya..wooowwww

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Nay.. Untung bagi-bagi tugas nih sama Tessal. Wkwkwk

      Delete
  2. Bagi yang ingin tidak repot mendaur ulang plastik sebaiknya menggunakan kemasan makanan yang terbuat dari kertas. Selengkapnya klik di sini http://www.greenpack.co.id/

    ReplyDelete
  3. Sebenarnya masyarakat Indonesia bisa menerapkan seperti di Korsel, Jepang dlsb. Namun masalah sampah di Indonesia, pemerintah yg tidak komit menhalankan regulasi. Sebut misalnya UU.18/2008 Ttg. Pengelolaan Sampah Pasal 13 (setiap kawasan wajib mengelola sampahnya), pemerintah malah angkut sampah kawasan ke TPA.... Lucu kan??? Jadi tdk ada komitmen dalam mengelola sampah berdasar aturan hukum yg ada. Regulasi sampah Indonesia sdh sangat bagus tp tidak dijalankan dgn jujur dan akuntabel.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts