Composting dan Worm Farming

Dalam post sebelumnya, saya membahas berbagai macam cara untuk mengolah sampah di rumah. Nah, pada pos kali ini, saya akan angkat lebih detail tentang composting dan worm farming. Saya yakin sudah banyak sekali orang di Indonesia yang mendengar istilah composting atau mengompos, tapi worm farming atau berternak cacing, sepertinya belum banyak yang tahu. Nah, apa perbedaan dan persamaan antara keduanya?

Persamaan yang paling utama adalah dua-duanya mengandalkan jasa cacing dan jasad renik di dalam tanah karena prinsipnya adalah mengubah sampah menjadi kompos (tanah gembur). Selain itu, dua-duanya juga sama-sama untuk mengolah sampah organik non-lemak dan non-olahan susu (karena bahan-bahan tersebut dapat mengundang 'tamu tak diinginkan' seperti tikus). Dua-duanya juga sama-sama menghasilkan kompos, mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhkan banyak biaya. Nah lalu apa yang membedakan keduanya?

1. Wadah.
Composting memerlukan tempat sampah atau ember bekas yang bawahnya sudah dibolongi dan agak ditanam ke tanah (untuk memberi akses pada cacing), sedangkan worm farming memerlukan container yang berundak untuk tempat cacing tersebut berkembang biak.

Contoh Composting Bin

Contoh Worm Farm

2. Asal Cacing.
Composting mengandalkan pada 'mengundang cacing' untuk datang ke tempat sampah kita, sedangkan worm farming, cacing nya sengaja disebar di dalam container dari awal dan mereka hidup disana.

3. Hasil/Output
Composting hanya menghasilkan kompos (tanah gembur), sedangkan worm farming, karena perlu disiram secara regular untuk menjaga kelembapan, juga menghasilkan worm juice (air hasil siraman) yang kaya akan nutrisi dan bisa digunakan untuk menyiram tanaman.

Nah, gimana, sudah mulai kebayang kah? Untuk cara kerja dan step by step pembuatannya akan dibahas di post selanjutnya ya! ;)

Cheers,
BS

Comments

Popular Posts